Pos

Sejarah Blazer

Sejarah Blazer

Galerikonveksi51.com – Sejarah blazer diperkirakan muncul pada saat terjadinya pengembangan jas ke dalam bentuk yang lebih longgar dan santai, namun masih terlihat formal. Sejarah Blazer dimulai ketika pakaian atasan ini digunakan oleh klub perahu dayung di salah satu kampus yang terletak di Inggris. Namun banyak yang mengatakan bahwa sejarah blazer ini diawali dari penggunaan seragam awak kapal laut.

Pengertian blazer adalah jenis pakaian yang menyerupai jas, akan tetapi dipotong lebih santai. Sebuah blazer umumnya dibedakan dari jas sporty sebagai pakaian yang lebih formal dan dibuat dari warna kain yang lebih solid. Blazer terkadang memiliki kancing logam bergaya angkatan laut untuk mencerminkan asal-usulnya sebagai jas dikenakan oleh anggota klub perahu.

Kain blazer biasanya menggunakan bahan yang memiliki daya tahan lama, karena diperuntukkan sebagai pakaian luar. Blazer sering digunakan sebagai pakaian seragam yang menunjukkan identitas, misalnya, karyawan sebuah maskapai penerbangan, siswa dari sekolah tertentu, anggota klub olahraga dan atlet di tim tertentu. Blazer sering kali memiliki kancing dengan simbol dari suatu organisasi yang menyatakan bahwa pakaian tersebut merupakan seragam resmi dari organisasi tersebut.

Sejarah Blazer

Sejarah blazer dimulai dengan istilah yang berasal dari ‘blazer’ merah Lady Margaret Boat Club (1825), klub dayung dari St. John College, Cambridge. Jas dari perkumpulan The Lady Margaret disebut blazer dikarenakan kainnya yang berwarna merah terang dan istilah tersebut telah mempertahankan mantel merah aslinya.
Blazer Lady Margaret Boat Club Cambridge

source: gentlemansgazette.com

Sejarah Blazer menurut Praktisi

Jack Carlson, penulis buku Rowing Blazers, menjelaskan bahwa :

Buku Rowing Blazer oleh Jack Carlson

source: rowingblazers.com

“Blazer pertama kalinya dimaksudkan untuk dikenakan pada kapal oleh pendayung di Oxford dan Cambridge.” Carlson, seorang atlit yang telah berlomba di Kejuaraan Dayung Dunia dan Kejuaraan Dayung Oxford-Cambridge, telah mengatakan kepada sekumpulan orang di National Arts Club di Kota New York, “Blazer sangat longgar, seperti jas modern dan berfungsi untuk menjaga pendayung tetap hangat selama dinginnya cuaca pada sesi pelatihan dan perlombaan di pagi hari.”

Seorang penulis London Daily News (22 Agustus 1889) berkomentar bahwa :

Dalam artikel anda sekarang.. anda berbicara tentang ‘blazer hitam dan merah bergaris’, ‘sebuah blazer’, juga terkadang dari ‘berwarna pucat’.. Sebuah blazer adalah jas flanel merah yang dikenakan oleh Klub Perahu Lady Margaret dari Kampus St. John, Cambridge. Ketika saya masih sekolah di Cambridge istilah itu hanya bermakna tersebut dan tidak ada lagi yang lain. Sepertinya dari artikel anda bahwa blazer sekarang berarti jas flanel berwarna , baik untuk kriket, tenis, berperahu, atau pakaian tepi laut. ”

Selain berfungsi untuk menjaga pendayung tetap hangat, permulaan blazer dayung (sering dihiasi dengan pola yang sangat berwarna-warni atau garis-garis yang di desain unik untuk masing-masing klub dayung), memiliki fungsi lainnya agar para penonton yang melihat dari jauh bisa mengidentifikasi peserta lomba dayung.

Blazer awalnya seperti jas sporty yang ada sekarang. Tetapi istilah ini tidak pernah disebut blazer, malah lebih menggambarkan jas inovasi terbaru yang berasal dari jas aneh yang dikenakan untuk olahraga darat.

Jas reefer berasal dari angkatan laut dan menggambarkan jas pendek dua kancing yang dikenakan oleh pelaut pada cuaca buruk, ketika mereka berlayar. Pengertian ini merupakan perkembangan dari penjelasan umum tentang istilah blazer. Awalnya memiliki kancing hitam menonjol, lalu jas ini berkembang menjadi blazer modern berwarna gelap, dengan satu atau dua kancing metalik.

Asal Usul Istilah Blazer

Pernyataan bahwa nama ini berasal dari HMS (His / Her Majesty’s Ship) Blazer tidak didukung oleh sumber-sumber kontemporer, meskipun dilaporkan bahwa sebelum standarisasi seragam di Royal Navy, awak HMS Blazer mengenakan “jas bergaris-garis biru dan putih“, rupanya dalam menanggapi pelaut dari HMS Harlequin yang berganti menjadi setelan harlequin.

Pada akhir 1845 awak kapal yang mengenakan jas dan dikenal dengan istilah HMS Blazer ini, diseragamkan oleh kapten nya dengan jas bergaris-garis biru dan putih dan dari sinilah istilah “Blazer” yang berarti jas bergaris mulai dikenal.

Istilah “blazer” pertama kali muncul di media cetak pada tahun 1952, menurut Carlson dalam sebuah artikel yang mengacu kepada jas merah yang dikenakan oleh Cambridge Lady Margaret Boat Club sebagai “guernsey merah atau ‘blazer’.” Jas tersebut cerah, atau menyala merah , memiliki nama blazer. Lady Margaret Boat Club masih mengenakan jas merah yang sama sampai dengan saat ini.

Sejarah Perkembangan Blazer

Sejarah blazer mulai berkembang ketika para pendayung mulai mengenakan blazernya selain pada aktivitas dayung dan juga di sekitar perguruan tinggi mereka. Dengan cara yang sama bahwa jaket letterman yang berasal dari Amerika pada tahun 1950 dikenali sebagai simbol prestasi atletik sedangkan blazer dayung sebagai simbol status.

Pada tahun 1890-an, semua jas flanel kasual yang longgar (yang pada saat itu umumnya berwarna cerah) mulai dikenal sebagai blazer. Sepanjang paruh kedua abad ke-19, Universitas Oxford dan Durham mulai menyebut jas mereka sebagai blazer.

Pada pergantian abad, blazer mulai digunakan di berbagai belahan dunia. Contohnya seperti pada Universitas Ivy League seperti Princeton, Cornell, Yale dan Harvard mulai mengadopsi dan membuat blazer sendiri. Klub-klub olahraga seperti Croquet, rugby, sepak bola dan klub lainnya ingin mengikuti fenomena blazer.

Sejarah Blazer di Kalangan Mod

Blazer Dikenakan Mods

source: rowingblazers.com

Pada awal 1960-an Blazer bergaris menjadi populer di kalangan Mods Inggris dan terus populer selama Mod Revival pada akhir 1970-an.

Terutama di tiga kombinasi warna bergaris tebal atau tipis, dengan tiga kancing depan, yang berlubang pada sisi atau tengah yang berukuran lima atau enam inci dan manset dengan banyak kancing. Berbagai foto dari 1964 dan 1965 menunjukkan mod London mengenakan boating blazer.

Blazer dikenakan Personel The Who

source: notesontheroad.com

Band mod seperti Small Faces dan band-band lainnya yang disukai oleh para mod, seperti The Rolling Stones, The Beatles, The Kinks, Georgie Fame and Blue Flames, The Animals, The Yardbirds, The Moody Blues dan The Troggs memiliki anggota band yang mengenakan blazer bergaris atau boating blazer berwarna cerah dengan nuansa atau warna bercahaya lainnya. Kancing pada blazer ini kemudian sering menggunakan bahan non-logam, kadang-kadang dengan warna yang senada dengan warna blazer pada bagian tepinya.

Berbagai foto dari ikon modThe Who’ dari tahun 1964, menunjukkan Pete Townshend, Keith Moon dan John Entwistle mengenakan boating blazer.

Sejarah Blazer Pada Masa Kini

Blazer gaya Swinging London Carnaby Street

source: en.wikipedia.org/wiki/Swinging_London

Model blazer bergaris yang pertama kalinya bisa dilihat di film Quadrophenia. Blazer yang muncul kemudian dengan model berwarna cerah, diadopsi oleh karakter film Austin Powers sebagai bagian dari penampilan bergaya Swinging London.

Blazer Wanita

flickr.com
author: Maegan Tintari

Pada tahun 2000-an blazer yang telah diadopsi sebagai trend fashion populer di kalangan perempuan, sering memiliki panjang ukuran yang lebih pendek, lengan yang di lipat dengan berbagai variasi kerah serta warna-warna yang cerah.

Seiring dengan blazer menjadi sebuah fenomena, maka banyak bermunculan jas dengan desain beraneka ragam yang mengikuti spesifikasi blazer ini. Sehingga mulai muncul berbagai model blazer sampai dengan sekarang ini.

Sejarah Blazer di Indonesia

Sejarah blazer di Indonesia dimulai ketika pakaian ini dikenal sebagai baju atasan yang dikenakan oleh kaum wanita. Blazer wanita ini tujuan awalnya difungsikan sebagai seragam kerja yang di adopsi dari perkembangan fashion budaya barat. Seiring dengan perkembangan fashion barat, blazer akhirnya digunakan sebagai pakaian kasual. Dikarenakan fashion di Indonesia banyak dipengaruhi budaya barat, maka blazer ini mulai digunakan oleh kaum pria.

Dalam perkembangan sejarah blazer di Indonesia, muncul model blazer yang identik dengan seragam universitas. Namun model blazer ini dikenal dengan istilah jas almamater. Kemungkinan nama ini di ambil dikarenakan adanya persamaan bentuk antara jas dan blazer, serta istilah blazer di Indonesia dulu identik dengan baju atasan wanita.

Demikianlah ulasan tentang sejarah blazer. Semoga bisa menjadi bahan referensi anda serta dapat menambah wawasan.
Semoga bermanfaat.

Sejarah Menjahit

Sejarah Menjahit

Galerikonveksi51.com – Sejarah menjahit ditelusuri telah ada sejak jaman purbakala, dimana ketika itu pakaian yang diciptakan terbuat dari bulu dan kulit binatang. Menjahit adalah salah satu seni tekstil tertua, yang muncul pada Jaman Paleolitik. Sebelum ditemukannya pemintalan benang atau kain tenun, para arkeolog meyakini bahwa sejarah menjahit pakaian oleh orang-orang pada Jaman Batu di Eropa dan Asia, menyatukan bulu dan kulit menggunakan tulang, jarum dari tanduk atau gading dan benang yang terbuat dari berbagai bagian tubuh hewan termasuk otot, usus dan pembuluh darah.

Dalam sejarah menjahit pakaian selama ribuan tahun semua proses jahit dilakukan menggunakan tangan. Penemuan mesin jahit pada abad ke-19 dan munculnya komputerisasi di abad ke-20 menyebabkan terjadinya produksi massal dan ekspor untuk produk jahitan, akan tetapi jahitan tangan masih dipraktekkan di seluruh dunia. Jahitan tangan yang terampil merupakan karakteristik dari jahitan berkualitas tinggi, perancang busana dan pembuat pakaian kustom, serta diburu baik oleh seniman tekstil dan orang yang menggemarinya sebagai sarana ekspresi kreatif.

Sejarah Menjahit Pakaian

Dalam sejarah penggunaan kata menjahit ini dikenal pertama kali pada abad ke-14. Pengertian menjahit adalah kerajinan mengikatkan atau mengkaitkan bahan tertentu yang dapat dilewati oleh jarum dan benang menggunakan alat jahitan oleh tangan atau mesin jahit. Orang yang berprofesi dalam bidang menjahit disebut sebagai penjahit.

Asal Usul Sejarah Menjahit Pakaian

Sejarah menjahit kuno diperkirakan dimulai pada Jaman Paleolitik. Menjahit digunakan untuk menyambungkan kulit hewan yang digunakan sebagai pakaian dan tempat berlindung. Kaum “Inuit” misalnya, menggunakan otot binatang caribou (spesies rusa di Amerika Utara) untuk benang dengan jarumnya yang terbuat dari tulang. Masyarakat adat dari American Plains dan Canadian Prairies (sebuah kawasan di Kanada Barat) menggunakan metode jahit canggih untuk merakit Tipi (tenda penampungan berbentuk kerucut terbuat dari kulit binatang). Di Afrika proses menjahit dikombinasikan dengan tenunan dari daun tanaman untuk membuat keranjang, seperti yang dibuat oleh penenun Zulu (suku etnik terbesar di Afrika Selatan), yang menggunakan potongan tipis daun kelapa sebagai benang untuk menyatukan potongan daun kelapa yang lebih besar dari yang telah ditenun menjadi sebuah gulungan. Penenun kain dari serat alami berasal dari Timur Tengah, diperkirakan mucul sekitar tahun 4000 SM dan mungkin lebih awal ketika Zaman Neolitik dan disertai dengan perkembangan dari menjahit kain.

Sejarah Menjahit Pada Abad Pertengahan

Selama Abad Pertengahan, orang Eropa yang berkecukupan mempekerjakan pembuat baju dan penjahit. Menjahit untuk sebagian besar adalah pekerjaan wanita dan kebanyakan kegiatan menjahit sebelum abad ke-19 itu sangat berguna. Pakaian bagi kebanyakan orang merupakan investasi yang mahal dan perempuan memiliki peran penting dalam memperpanjang usia pakaian. Menjahit digunakan untuk memperbaiki. Pakaian yang memudar akan dibalikkan luar dalam sehingga bisa terus dipakai, dan kadang-kadang harus dilepaskan dan dipasang kembali agar lebih baik. Setelah pakaian menjadi aus atau robek, bahan yang masih bagus dan masih dapat digunakan akan disatukan dan dijahit menjadi pakaian baru, dibuat menjadi selimut atau dijadikan barang yang dapat digunakan.

Banyaknya proses dalam membuat pakaian dari awal (tenun, pembuatan pola, memotong, jahit dan sebagainya) menandakan bahwa perempuan sering bertukar keahlian dalam keterampilan tersebut dengan satu sama lain. Dari Abad Pertengahan sampai abad ke-17, alat jahit seperti jarum, pin dan jarum pentul termasuk ke dalam “trousseaus” (perlengkapan pengantin wanita) dari kebanyakan pengantin di Eropa.

Sejarah Bordir

Dekorasi menjahit seperti bordir adalah keterampilan yang bernilai dan wanita muda dengan waktu dan sarana akan berlatih untuk membangun keterampilan mereka pada keahlian ini. Hiasan bordir bernilai dalam kebanyakan kebudayaan di seluruh dunia. Meskipun sebagian besar jahitan bordir dalam repertoar Barat secara tradisional berasal dari Inggris, Irlandia atau Eropa Barat, jahitan yang berasal dari beberapa kebudayaanpun dikenal di seluruh dunia saat ini. Beberapa contohnya adalah jahitan Cretan Open Filling, Romanian Couching atau Oriental Couching dan jahitan Jepang.

Penyebaran Bordir

Jahitan terkait dengan bordir menyebar dengan cara rute perdagangan yang aktif selama Abad Pertengahan. Jalan Sutera membawa teknik bordir Cina ke Asia Barat dan Eropa Timur, sementara teknik yang berasal dari Timur Tengah menyebar ke Eropa Selatan dan Barat melalui Maroko dan Spanyol. Kolonisasi kekaisaran Eropa juga menyebarkan bordir dan teknik menjahit ke seluruh dunia. Namun, ada contoh persamaan teknik menjahit dari kebudayaan asli di lokasi yang jauh dari satu sama lain, di mana komunikasi lintas budaya secara historis tidak mungkin terjadi. Misalnya, metode reverse appliqué yang dikenal di wilayah Amerika Selatan juga dikenal di Asia Tenggara.

Sejarah Menjahit Pada Masa Revolusi industri

Revolusi Industri menggeser produksi tekstil dari home industri ke pabrik. Pada dekade awal Revolusi Industri, mesin memproduksi hampir seluruh kain. Mesin jahit pertama di dunia dipatenkan pada Tahun 1790 oleh Thomas Saint. Pada awal 1840-an, mesin jahit lainnya mulai bermunculan. Barthélemy Thimonnier memperkenalkan mesin jahit sederhana pada tahun 1841 untuk memproduksi seragam militer bagi tentara Perancis, tak lama kemudian mesin tersebut dilemparkan keluar dari jendela oleh sekumpulan penjahit yang masuk ke toko Thimonnier, karena mereka meyakini bahwa pekerjaan mereka akan tergantikan oleh mesin. Pada Tahun 1850-an, Isaac Singer mengembangkan mesin jahit pertama yang dapat beroperasi dengan cepat dan akurat serta melampaui produktivitas penjahit wanita atau tailor yang menjahit dengan tangan.
Mesin Jahit Singer

Pergeseran Profesi Menjahit Oleh Revolusi Industri

Sementara banyak pakaian yang masih diproduksi oleh perempuan sebagai anggota keluarga di rumah, pakaian siap pakai untuk kelas menengah diproduksi terus menerus dengan menggunakan mesin jahit. Pabrik tekstil merupakan perusahaan yang membayar rendah operator mesin jahit dan tumbuh menjadi kawasan industri di kota-kota besar seperti London dan New York. Untuk mendukung lebih jauh industri tersebut, suatu pekerjaan dilakukan oleh wanita yang tinggal di daerah kumuh agar upah yang dibayarkan bisa rendah. Menjahit adalah salah satu dari beberapa pekerjaan yang dianggap dapat diterima bagi perempuan, tetapi tidaklah mendapatkan upah yang layak. Perempuan melakukan pekerjaannya di rumah kurang lebih selama 14 jam hari untuk memenuhi kebutuhan mereka, terkadang dengan menyewa mesin jahit dikarenakan tidak mampu untuk membelinya.

Perkembangan Tailor Pada Masa Revolusi Industri

Tailor menjadi identik dengan pakaian kelas menengah atas selama periode ini. Di London, status ini tumbuh karena tren “dandy” pada awal abad ke-19, ketika toko penjahit baru didirikan di sekitar Savile Row. Toko-toko ini memperoleh reputasi untuk untuk menjahit pakaian berkualitas buatan tangan untuk gaya mode Inggris terbaru, serta gaya yang lebih klasik. Kultur butik dari “Carnaby Street” diserap dari Savile Row tailor pada akhir abad ke-20, memastikan terus berkembangnya bisnis Savile Row ini.

Sejarah Menjahit Pada Abad ke-20 Sampai Sekarang

Menjahit menjalani perkembangan lebih lanjut selama abad ke-20. Seiring mesin jahit menjadi lebih terjangkau untuk kelas pekerja, permintaan untuk pola menjahit tumbuh. Perempuan telah menjadi terbiasa melihat mode terbaru di majalah selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, menumbuhkan permintaan untuk pola menjahit.

Tailor dan pengusaha pabrik jahit Ebenezer Butterick memenuhi permintaan dengan pola kertas yang bisa diikuti dan digunakan oleh penjahit rumahan. Pola yang dijual dalam paket kecil tersebut, menjadi sangat populer. Beberapa perusahaan pola banyak bermunculan. Majalah wanita juga menjual pola menjahit dan terus melakukannya pada abad ke-20.

Praktek ini menurun selama dekade terakhir abad ke-20, ketika busana siap pakai menjadi suatu keharusan bagi perempuan yang bekerja. Hal ini menyebabkan mereka memiliki sedikit waktu untuk menjahit, kecuali jika memang memiliki minat untuk menjahit. Sekarang ini, di toko-toko busana siap pakai tersedia dengan harga yang terjangkau, yang mengartikan bahwa menjahit di rumah hanya sebatas hobi di negara-negara barat. Dengan pengecualian dari industri rumahan untuk Tata Busana kustom dan “upholstery”.

Sejarah Menjahit di Negara Barat

Penyebaran teknologi mesin jahit untuk negara industri di seluruh dunia, mengakibatkan penyebaran metode jahit gaya Barat dan gaya pakaian juga. Jahitan tight-locked yang dibuat oleh mesin jahit rumahan dan penggunaan pola pakaian Barat, menyebabkan banyaknya pemakaian pakaian gaya Barat selama abad ke-20. Gaya jahitan dan pakaian barat disebarkan di sub-Sahara Afrika oleh misionaris Kristen dari tahun 1830-an dan seterusnya. Budaya asli, seperti Zulu dan Tswana, yang diindoktrinasi dengan gaya berpakaian Barat sebagai tanda konversi ke Kristen. Teknik jahitan tangan barat yang pertama dan kemudian mesin jahit, tersebar di seluruh daerah di mana penjajah Eropa menetap. Namun, penelitian dari metode pembelajaran online baru-baru ini, menunjukkan bahwa teknologi dapat digunakan untuk berbagi pengetahuan tentang metode menjahit budaya tradisional. Menggunakan tutorial online secara mandiri, kelas menjahit di Malaysia mempelajari bagaimana untuk menjahit dan membuat pakaian tradisional pria “Baju Kurung” dalam 3 hari, sedangkan pada kelas menjahit tradisional Malaysia mempelajarinya selama 5 hari.

Industri Tekstil dan Konveksi

Kemajuan teknologi industri, seperti pengembangan serat sintetis selama awal abad ke-20, telah membawa perubahan besar bagi industri tekstil secara keseluruhan. Industri tekstil di negara-negara Barat telah menurun tajam dikarenakan persaingan perusahaan tekstil yang menggunakan jasa buruh murah di belahan dunia lain. Menurut Departemen Ketenagakerjaan di Amerika “pekerjaan menjahit dan membuat pakaian diperkirakan tidak akan mengalami perubahan atau hanya sedikit saja, tumbuh 1 persen dari 2010-2020“. Diperkirakan bahwa setiap satu pekerjaan tekstil yang hilang di negara Barat dalam beberapa tahun terakhir, telah menghasilkan 1,5 pekerjaan yang muncul di negara outsourcing seperti China. Pekerja tekstil yang melakukan pekerjaan menggunakan mesin jahit atau pekerjaan detail menggunakan tangan, bagaimanapun masih merupakan komponen vital dari industri tekstil. Menjahit dalam skala kecil atau di indonesia dikenal dengan istilah konfeksi ( konveksi ), juga merupakan tolak ukur ekonomi di banyak negara berkembang, dimana kebanyakan orang baik pria maupun wanita dalam skala kecil tersebut bekerja sendiri yang merupakan pengusaha jahitan.
Konveksi

Pembuatan Pakaian

Sebelum menjahit keseluruhan bahan yang terdapat dalam desain pakaian, pola umumnya diikuti untuk menyusun pakaian. Pola bisa sangat sederhana dimana beberapa pola tidak lebih dari sebuah rumus matematika yang dikalkulasikan oleh penjahit berdasarkan maksud dari ukuran yang diberikan pemakai. Setelah dikalkulasikan, penjahit memiliki ukuran yang dibutuhkan untuk memotong kain dan menjahit pakaian. Di sisi lain ada perancang busana. Ketika busana pakaian terbuat dari bahan yang tidak biasa, atau memiliki proporsi yang ekstrim, desainnya mungkin akan menantang teknik pengetahuan dari perancang busana tersebut. Desain yang kompleks disusun dan disesuaikan selama puluhan kali, mungkin akan memakan waktu sekitar 40 jam untuk mengembangkan pola akhir dan memerlukan waktu 60 jam untuk memotong dan menjahit.

Kebanyakan pakaian saat ini diproduksi secara massal dan ukurannya disesuaikan dengan ukuran standar berdasarkan pada ukuran tubuh kebanyakan orang. Namun ukuran standar ini selain menjadi tolak ukur ukuran pakaian yang sangat membantu, akan tetapi ukuran standar ini tidak memiliki patokan umum yang dipergunakan secara global.

Proses Menjahit Pakaian Sederhana

Penjahit bekerja pada sebuah pola sederhana yang hanya membutuhkan beberapa perlengkapan jahit, seperti pita pengukur, jarum, benang, kain, dan gunting jahit. Pola yang lebih kompleks dilakukan oleh mesin jahit yang hanya memerlukan beberapa alat sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi ada berbagai jenis alat bantu jahit yang terus berkembang, seperti presser foot tambahan untuk sewing ruffles, atau lem untuk memperbaiki hem. Ketika penjahit telah mengumpulkan alat yang diperlukan untuk mengerjakan pola, ada beberapa unsur pembuatan pakaian yang merupakan bagian dari proses. Pola akan menentukan teknik pembuatan pakaian ini.

Demikianlah ulasan mengenai sejarah menjahit pakaian.
Semoga bermanfaat.

Sejarah Perkembangan Jas

Sejarah Perkembangan Jas

Galerikonveksi51.com – Sejarah perkembangan jas telah merubah istilah asli dan macam-macam model pakaian tersebut. Seperti yang kita ketahui sekarang, pengertiannya lebih mengacu kepada setelan formal yang diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Dapat dikatakan bahwa jas merupakan bagian dari mantel yang berukuran pendek. Bila kita mengetahui tentang sejarah perkembangan jas, maka model yang kita lihat sekarang merupakan revolusi dari masa ke masa untuk pakaian tersebut.

Jas pada umumnya merupakan pakaian yang dikenakan oleh kaum pria. Terlepas dari baju setelan, jas merupakan salah satu model pakaian yang penting untuk berada di dalam lemari pakaian pria. Hal ini dikarenakan jas bisa menjadi “penguat” penampilan agar terlihat lebih formal, casual dan stylish.

Jas bisa “memaksakan” dan membuat penampilan berkesan rapih dan terlihat formal ataupun semiformal. Untuk mendapatkan “kesan” tertentu, maka jas harus dipadukan dengan pakaian lain yang mendukung kesan tersebut. Jas memiliki pilihan macam-macam model yang sangat banyak. Untuk mengetahui secara mendalam tentang apa itu jas, mari kita simak sejarah perkembangan jas berikut ini.

Sejarah Perkembangan Jas

Pengertian Jas

Pengertian jas (jackets) adalah sebuah pakaian luar yang menutupi kemeja dan memiliki lengan panjang dengan bentuk bahu yang kaku serta umumnya berukuran sampai dibawah pinggang atau lebih. Berbeda dengan pengertian setelan jas (suit) adalah terdiri dari jas dengan celana panjang dan biasanya dipadukan dengan dasi dan kemeja sebagai pakaian dalamannya.

Sejarah Jas

Pada Bulan April Tahun 1857, majalah wanita “Corriere delle dame” mengumumkan peluncuran jas (versi singkat dari morning suit dengan bawahan yang memiliki ukuran lebih pendek), suatu model yang akan menjadi fashion item penting untuk berada dilemari pakaian pria dan wanita. Majalah “Adam” menyatakan pada Bulan Juli Tahun 1935, dalam edisi majalahnya yang menyebutkan “The jacket, a type of coat that is neither tailcoat nor redingote, will be the general fashion in a single-breasted version with skirts that do not reach the knee.” Adam mengatakan bahwa jas “nyaris tidak menutupi bokong dan berbentuk seperti karung.”

Jas diperkirakan berasal dari abad pertengahan atau awal Renaissance sebagai rompi, atau lebih tepatnya adalah jubah pendek yang dikenakan oleh orang-orang kelas pekerja. Pada awal abad kedelapan belas, jas menjadi pakaian kerja standar untuk mereka yang bekerja, baik di sektor pertanian maupun oleh pegawai kantoran di perkotaan.

Sejarah Perkembangan Jas Pada Tahun 1800-an

Di akhir Tahun 1830-an, muncul model Jas Launs (lounge jackets) yang lebih ketat dan merupakan jas dengan kancing sebaris (single-breasted) dengan kancing di ujung lengan serta kantong dipinggang yang ketika itu menjadi populer di kalangan pria kelas menengah (sebagai kebalikan jas versi yang lebih longgar dari abad sebelumnya).
Jas Launs
Model Jas Launs versi kancing dua baris (double-breasted) muncul sekitar Tahun 1862 yang kemudian dikenal sebagai model Jas Reefer (reefer jacket).
Jas Reefer
Pada waktu yang bersamaan muncul model Jas Norfolk (norfolk jacket) dengan kancing sebaris (single-breasted), yang memiliki kancing tinggi ke leher, menjadi sangat modis, terutama untuk penampilan sporty.
Jas Norfolk

Sejarah Perkembangan Jas Pada Tahun 1900-an

Tetapi pada akhir abad kesembilan belas hanya Jas bergaya tiga-kancing yang dianggap lebih modis, dan hanya menyisakan Jas Launs (lounge jacket) sebagai jas yang masih populer. Salah satu modelnya, dibuat dengan kerah depan berbahan sutra, sering dipakai untuk pesta makan malam dan dikenal sebagai Jas Makan Malam (dinner jacket), untuk setelan lebih dikenal sebagai tuksedo(tuxedo).
Tuksedo

Model jas yang dipakai pada abad kesembilan belas, sebagian besar masih dipakai pada abad kedua puluh bahkan hingga saat ini. Jas Sporty (sporty jackets) masih dipakai dan dipadukan dengan kemeja flanel, Jas Norfolk (norfolk jacket) tetap menjadi favorit untuk yang ingin terlihat sporty dan jas dengan kancing kuningan sangat populer sebagai pakaian musim panas yang dipadukan dengan celana putih. Pakaian setelan atas pria dikenal sebagai Jas dan Jas Makan Malam (dinner jacket), tetap merupakan istilah alternatif untuk jas yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai “black tie.”

Sejarah Perkembangan Jas Pada Awal Tahun 2000-an

Istilah “jas” pada awal Tahun 2000-an memiliki makna yang lebih luas lagi. Jas tidak lagi hanya terkait dengan gaya yang bersifat formal. Pada jaman sekarang ini jas dapat dikenakan untuk acara atau kegiatan yang lebih santai. Bahkan sekarang jas sendiri banyak dikenakan oleh kaum wanita, tidak hanya sebagai pakaian seragam kerja saja, tetapi digunakan untuk mendukung penampilan yang bersifat casual.

Sejarah Perkembangan Jas di Indonesia

Di Indonesia sebutan jas untuk kebanyakan orang, mengacu pada jas setelan yang bersifat formal. Sedangkan untuk di negara barat istilah jas ini tidak sebatas hanya untuk pakaian formal saja. Ada jas yang populer di masyarakat kita untuk acara bersifat akademik, yaitu dikenal dengan istilah Jas Almamater. Sementara penempatan istilah jas bagi “jas almamater” ini kurang begitu tepat, dikarenakan pakaian tersebut termasuk ke dalam kategori blazer. Mengapa demikian ? Mari kita simak ulasan mengenai blazer.

Blazer

Blazer
Pengertian Blazer adalah jenis pakaian atasan yang menyerupai jas, tetapi dipotong lebih casual. Sebuah blazer umumnya dibedakan dari Jas Sporty (sporty jackets) sebagai pakaian yang lebih formal dan dibuat dari warna kain yang lebih solid. Blazer sering kali memiliki kancing dengan simbol dari suatu organisasi yang menyatakan bahwa pakaian tersebut merupakan seragam resmi dari organisasi tersebut. Sebagai salah satu contoh blazer yang populer di masyarakat kita adalah dikenal dengan istilah jas almamater. Blazer sering kali digunakan oleh wanita, akan tetapi bisa juga dikenakan oleh pria sebagai pakaian atasan casual yang menjadi alternatif dari jas yang memiliki kesan lebih formal.

Setelah mengenal sejarah perkembangan jas, maka dapat kita simpulkan bahwa jas ini adalah busana yang sangat serbaguna. Jas digunakan untuk mendukung penampilan agar terlihat lebih formal, casual, stylish, sporty atau apapun kesan yang ingin ditampilkan. Seiring dengan berkembangnya dunia fashion, saat ini jas bukan lagi busana yang kaku.

Untuk memiliki jas yang nyaman, haruslah dipotong dan didesain dengan baik serta dibuat dalam pilihan warna yang cukup netral. Sehingga jas bisa menjadi pakaian di luar ruangan yang serbaguna, serta cocok untuk kegiatan formal dan santai. Jas agar terlihat proporsional janganlah memiliki ukuran yang terlalu besar atau ketat di tubuh, tetapi harus dipotong secara sesuai dengan tinggi dan lebar tubuh, dengan kerah berlekuk atau lurus.

Bila anda belum memiliki jas, yuk miliki segera dan dapatkan kesan yang berbeda dari penampilan anda!
Semoga bermanfaat.

Perlengkapan Wisuda

Perlengkapan Wisuda

Galerikonveksi51.com – Nama nama perlengkapan wisuda sarjana pada baju toga, seperti topi, sleber, tabung, gordon, samir dan map perlu kita ketahui bila ingin menambahkan atribut tersebut. Biasanya baju toga dijual terpisah dengan perlengkapan wisuda. Untuk menambahkan perlengkapan wisuda, kita bisa memilih atribut yang akan digunakan. Baju toga wisuda pada umumnya berupa jubah panjang yang menutupi seluruh badan sampai lutut dan biasanya menutupi seluruh lengan serta dilengkapi atribut tambahan sebagai pelengkap.

Perlengkapan wisuda ini memiliki istilah nama yang berbeda-beda dan karakteristik bahan yang beraneka ragam. Biasanya perlengkapan wisuda ini selain dari baju toga adalah topi, sleber, tabung, gordon, samir dan map. Untuk mengenal lebih jauh istilah lain dari nama nama perlengkapan wisuda beserta karakteristik bahan yang digunakan, maka kita perlu memiliki pengetahuan tentang pelengkap tersebut. Berikut adalah perlengkapan wisuda yang sering digunakan pada Konveksi Toga Wisuda dari GaleriKonveksi51.

Nama Nama Perlengkapan Wisuda

Baju Toga Wisuda

Pengertian Toga Wisuda adalah pakaian sehelai kain sepanjang kira-kira enam meter ( 20 kaki ) yang dililitkan ke sekeliling tubuh, dan umumnya dikenakan setelah mengenakan tunik ( pakaian longgar yang menutupi dada, bahu, dan punggung). Baju ini bisa berlengan atau tanpa lengan, dan panjangnya sampai di pinggul atau hingga di atas lutut.
Contoh :
Konveksi Toga Wisuda

Jenis Bahan Kain Toga Wisuda

  • Bahan Kain Saten,
  • Tessa,
  • Bestway,
  • Garbadine.

Sleber / Kragh / Teratai / Kerah Wisuda

Pengertian Sleber adalah sejenis kain yang melingkar di dada pada baju toga dan menutupi dada depan, belakang serta pundak. Jenis Bahan Kain Sleber Wisuda adalah Bahan Beludru, Saten atau kombinasi dari kedua bahan tersebut.
Contoh :
Sleber Wisuda

Samir / Slayer / Tali / Kalung Wisuda

Pengertian Samir adalah kalung dengan bahan kain yang digunakan untuk menggantungkan Gordon pada Baju Toga Wisuda. Jenis Kain Samir biasanya adalah Bahan Beludru, Saten atau kombinasi keduanya.
Contoh :
Samir Wisuda

Medali / Liontin / Gordon Wisuda

Pengertian Gordon atau Medali Wisuda adalah benda logam kecil pipih berbentuk lingkaran, segi lima ataupun bentuk lainnya dengan lambang logo universitas ataupun sekolah yang direkatkan pada samir atau kalung wisuda. Jenis bahan gordon atau medali wisuda biasanya adalah kuningan dan resin.
Contoh :
Gordon Wisuda

Topi Wisuda

Pengertian Topi Wisuda adalah sejenis penutup kepala yang tepi atasnya berbentuk segi lima dan pada tengahnya memiliki tali berbahan kain dengan rumbai pada tepi bawahnya yang menjulur serta lobang kepala yang berbentuk bundar dan hanya digunakan pada saat acara wisuda. Nama topi wisuda dikenal dengan mortarboard dan tali pada topi wisuda dikenal dengan sebutan “tassel”. Jenis bahan kain topi wisuda biasanya adalah Bahan Beludru dan Matador.
Contoh :
Topi Wisuda

Map Wisuda

Pengertian Map Wisuda adalah sejenis kertas bersampul berbentuk persegi panjang yang berfungsi untuk menyimpan ijazah atau dokumen lainnya dan biasanya pada sampul berlambangkan logo universitas atau sekolah. Jenis Bahan Map Wisuda untuk sampulnya adalah bahan Ase, Hse, Semi Kulit, Imitasi, MKT, Sit, Mika dan Plastik. Untuk bahan Karton adalah standard Ragam Karya (Karton 30). Untuk tulisan biasanya menggunakan embos, sablon, poil.
Contoh :
Map Wisuda

Tabung Wisuda

Pengertian tabung wisuda adalah sejenis wadah berbentuk bulat yang memiliki penutup dan berfungsi untuk menyimpan ijazah atau dokumen lain dengan cara digulungkan dan digunakan pada acara wisuda. Jenis Bahan Tabung Wisuda adalah karton atau pipa paralon yang biasanya dilapisi oleh kain beludru.
Contoh :
Tabung Wisuda

Demikianlah informasi singkat mengenai perlengkapan wisuda. Semoga informasi ini dapat berguna bagi anda yang akan membuat perlengkapan wisuda. Bila membutuhkan jasa pembuatan baju toga dan pelengkapan wisuda silahkan untuk mengunjungi Konveksi Toga Wisuda kami.
Terima kasih dan semoga bermanfaat dengan artikel tentang perlengkapan wisuda.

Mengenal Bisnis Konveksi

Bisnis Konveksi

Galerikonveksi51.com – Bisnis konveksi dalam pengertiannya sebagai usaha yang menjanjikan keuntungan omset adalah wajar, mengenal bidang usaha dari bisnis skala rumahan ini adalah memproduksi pakaian jadi yang merupakan salah satu kebutuhan dasar sandang manusia. Ditambah dengan banyaknya SDM dan bahan baku dalam industri ini di Indonesia, serta perkembangan teknologi yang mendukung bentuk pemasaran bisnis konveksi.

Dengan perkembangan teknologi sekarang ini, bentuk pemasaran usaha konveksi telah merambah bisnis konveksi online. Setelah di analisa usaha konveksi yang menggunakan sistem penawaran online ini menaikkan omset jumlah pemesanan karena memiliki jangkauan yang lebih luas. Dikarenakan permintaan produksi yang semakin banyak, menuntut perubahan bentuk industri konveksi skala rumahan menjadi semi garment.

Pengertian bisnis konveksi adalah suatu usaha memproduksi pakaian jadi industri skala rumahan yang untuk memulai bisnis konveksi ini diperlukan pengetahuan dasar mengenai proses pembuatan baju, contohnya dari mulai pemilihan bahan, pemotongan kain, proses jahit dan aplikasi pendukung seperti penerapan sablon atau bordir.

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai bisnis konveksi ada baiknya kita mengenal dulu apa itu konveksi.

PENGERTIAN KONVEKSI

Konveksi adalah sebuah usaha produksi pakaian yang dibuat secara massal. Konveksi secara lebih spesifik adalah industri kecil skala rumah tangga yang merupakan tempat pembuatan pakaian jadi seperti kaos, polo shirt, kemeja, jaket, celana dan sebagainya.

Konveksi telah dikenal masyarakat kita dengan penulisan konveksi, akan tetapi bila merujuk kepada EYD KBBI, maka pengertian konveksi adalah :

“Pergerakan molekul-molekul pada fluida (yaitu cairan atau gas) dan rheid yang tak dapat terjadi pada benda padat, karena tidak ada difusi yang dapat terjadi pada benda padat dan merupakan salah satu cara perpindahan panas dan massa utama”.

Sumber : Wiki

Sungguh sangat berbeda jauh dengan pengertian konveksi baju. Penulisan yang benar untuk konveksi adalah “Konfeksi” akan tetapi masyarakat Indonesia lebih mengenalnya dengan penulisan “Konveksi“.

Bila kita ingin mengenal lebih jauh tentang bisnis konveksi, biasanya dalam usaha ini hanya memiliki tidak lebih dari 20 buah mesin jahit dan satu mesin obras. Akan tetapi sekarang ini bisnis konveksi telah berkembang lebih jauh lagi dan untuk usaha dalam skala besar memiliki lebih dari mesin-mesin yang disebutkan di atas beserta mesin konveksi lainnya yang lebih lengkap. Bila disimpulkan, maka pengertian bisnis konveksi adalah :

Sebuah usaha yang memproduksi pakaian jadi secara massal dalam skala rumah tangga atau semi-garmen yang memproduksi berbagai macam baju atau pakaian.

BISNIS KONVEKSI DI KOTA BANDUNG

Konveksi di Bandung

Hampir seluruh masyarakat kita mengetahui bahwa bisnis konveksi ini banyak tersedia di Kota Bandung. Selain dari itu masyarakat kita sering mempercayakan kebutuhan akan pakaian pada jasa konveksi yang tersedia di Kota Bandung. Hal ini dikarenakan harga jasanya termasuk dalam kriteria terjangkau dan jauh bersaing dengan jasa konveksi di daerah lain.

Bisnis konveksi ini merupakan suatu usaha yang banyak berkembang di Kota Bandung. Bahkan di Wilayah Bandung sendiri ada sebuah tempat yang hampir seluruh masyarakatnya terjun dalam bisnis konveksi, yaitu di daerah Soreang Kabupaten Bandung. Salah satu alasan kenapa usaha ini banyak berkembang, karena didukung dengan tersedianya pabrik-pabrik tekstil, penyedia kain atau suplier kain yang bisa menjual kain secara eceran (baca : kain yang dijual tidak dalam satu roll kain) dan aplikasi konveksi lainnya yang lengkap.

Keberadaan bisnis konveksi sangat menunjang kemajuan industri pakaian jadi di Indonesia, karena selain mengerjakan pembuatan pakaian dari pemesan untuk pasar lokal, usaha ini pun bisa untuk menerima mengerjakan maklun yaitu mengerjakan proses jahit sebuah pabrik garmen dalam pembuatan pakaian jadi skala besar untuk pasar lokal maupun pasar internasional.

Setelah kita mengenal apa itu bisnis konveksi, maka kita akan coba menguraikan tahapan proses produksinya.

TAHAPAN PROSES PRODUKSI KONVEKSI

Dalam suatu tahapan produksi, ada beberapa proses yang mesti dilakukan agar produksi tersebut bisa berjalan dengan baik dan lancar. Berikut adalah beberapa tahapan dari proses produksi konveksi.

Menyiapkan Material

Jenis Jenis Kain

Pertama-tama adalah menyiapkan material yang dibutuhkan seperti kain, benang, kancing dan material konveksi lain yang dibutuhkan, mengikuti desain produk konveksi yang akan dibuat. Untuk jenis kain bisa lihat di Jenis Kain.

Perencanaan Pola

Desain Baju

Dalam proses ini kita akan menentukan rancangan dari pakaian yang akan dibuat. Dalam proses ini biasanya menggunakan kertas tertentu atau bisa juga menggunakan program komputer seperti Adobe Photoshop, Adobe Ilustrator, Corel Draw dan program lainnya.

Proses Potong Kain

Proses Potong Kain

Setelah menentukan rancangan pakaian disini kita akan melakukan pemotongan kain yang sesuai dengan perencanaan, misalkan pemotongan kain untuk dasar pakaian, saku dan atribut lain yang dibutuhkan.

Setting Aplikasi

Setelah proses potong kain selesai, kita akan melakukan setting aplikasi yang digunakan, entah pakaian tersebut menggunakan sablon (untuk jenis sablon bisa lihat di jenis sablon) atau pun bordir (untuk jenis bordir bisa lihat di jenis bordir).

Proses Aplikasi

Sablon Manual

Dalam tahap ini kita akan melakukan penerapan dari setting aplikasi yang telah dilakukan ke dalam pakaian, menggunakan mesin yang sesuai dengan aplikasi yang digunakan.

Proses Jahit

Setelah penerapan aplikasi selesai baru disini kita melakukan proses jahit. Pola jahit disini harus sesuai dengan pola yang telah kita buat seperti disebutkan pada poin nomor 2 di atas.

Quality Control

Setelah proses jahit selesai, maka harus dilakukan proses Quality Control. Proses ini adalah sangat penting sekali mengingat bahwa kita memproduksi pakaian sesuai dengan keinginan konsumen, maka hasil produksi harus sesuai dengan keinginan konsumen. Bila proses Quality Control ini tidak sesuai keinginan, maka mau tidak mau kita harus mengulang langkah-langkah tertentu dalam point di atas.

Steam dan Packing

Setelah melakukan proses Quality Control dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka kita akan melakukan proses steam untuk mendapatkan kerapihan dan hasil yang lebih sempurna. Proses steam ini menyempurnakan proses produksi konveksi.
Setelah itu packing dapat dilakukan, bisa menggunakan bahan tertentu seperti plastik pakaian ataupun bahan yang sesuai dengan image yang ingin ditonjolkan usaha konveksi.

Walaupun tidak terlalu mendetail, akan tetapi sesuai dengan bahasan kita untuk mengenal bisnis konveksi, maka selanjutnya kita akan menyebutkan beberapa mesin yang digunakan dalam proses produksi.

MESIN YANG SERING DIPERGUNAKAN DALAM BISNIS KONVEKSI

Mesin Jahit

Mesin jahit ini bermacam-macam seperti :
-Mesin Jahit rantai (untuk kaos dan jeans)
-Mesin Overdeck (untuk jahit benang dilengan dan bawah kaos)
-Mesin Obras
-Mesin Barteks (berfungsi untuk mematikan jahitan)
-Mesin Neci (biasanya dipakai untuk kerudung)

Mesin Bordir

Mesin ini harganya terbilang cukup mahal dan jarang sekali usaha konveksi memiliki mesin ini. Biasanya untuk mesin bordir ini dijadikan sebuah usaha bordir terpisah dari usaha konveksi.

Mesin Pasang Lobang Kancing

Mesin ini dipergunakan sebagai alat untuk membuat lobang pada pakaian sehingga bisa diterapkan kancing. Mesin ini pun dapat dijadikan sebuah usaha terpisah.

Mesin Modif Tekstur

Mesin ini digunakan untuk membuat bordiran semacam rajutan sebagai contoh yang terdapat pada baju koko.

Mesin Potong

Mesin ini tersedia dalam skala kecil dan besar. Mesin ini digunakan sebagai alat untuk memotong pakaian seperti dijelaskan di poin nomor 3 tentang proses tahapan produksi konveksi.

Mesin Steam

Mesin steam ini digunakan dalam proses QC seperti telah disebutkan di atas.

Mesin Sablon

-Meja sablon (jenis-jenisnya : rotari, conveyor, meja ampar, meja angkat)
-Heatgun
-Hairdryer
-Screen sablon
-Mesin Press
-Mesin Curing (biasanya digunakan untuk jenis sablon Plastisol)
-Meja Afdruk
-Compressor
-Jet Washer.

Itulah pembahasan singkat mengenai bisnis konveksi. Kami berharap pembaca bisa lebih mengetahui bahwa bisnis konveksi ini merupakan suatu usaha yang menjanjikan dan bisa diperhitungkan untuk dilakukan. Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk kita semua, khususnya untuk Galeri Konveksi 51.